Belanja online kini semakin digemari masyarakat Asia Tenggara, terutama untuk produk fashion dan aksesori dari luar negeri. Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Ninja Xpress bekerja sama dengan Milieu Insight, sebanyak 68 persen konsumen di kawasan ini lebih memilih membeli produk fashion impor dibandingkan produk lokal.
Survei yang dilakukan antara 11 Oktober hingga 4 November 2024 ini melibatkan 1.200 responden dari enam negara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi para pelaku bisnis, terutama dalam memahami preferensi belanja konsumen dan peluang yang dapat dimanfaatkan di pasar e-commerce yang terus berkembang.
Fashion, Kuliner, dan Kecantikan Jadi Kategori Favorit
Menurut Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer (CMO) Ninja Xpress, kategori produk yang paling banyak diminati dalam belanja online di Asia Tenggara meliputi fashion, makanan dan minuman, serta produk kecantikan.
“Ketika ditanya produk apa yang paling sering mereka beli secara online, fashion dan aksesori berada di urutan pertama. Kita juga bisa melihat bagaimana wisata belanja di Bandung menjadi daya tarik bagi masyarakat Malaysia yang mencari hijab dan kain menjelang Ramadan,” ujar Andi dalam acara pemaparan hasil survei di Kuningan, Jakarta, pada Kamis (20/2/2025).
Selain fashion, kategori makanan dan minuman juga memiliki peminat besar, terutama untuk makanan kering dan aneka bumbu masak. Sementara itu, produk kecantikan, seperti perawatan kulit dan rambut, menempati posisi ketiga sebagai kategori favorit.
Secara lebih rinci, 68 persen responden mengaku lebih sering membeli fashion dan aksesori secara online, disusul 47 persen untuk makanan dan minuman, serta 46 persen untuk produk kecantikan.
Produk Indonesia Semakin Diminati di Pasar Regional
Survei ini juga mengungkap bahwa produk asal Indonesia semakin diminati oleh konsumen di Malaysia dan Singapura.
“Sebanyak 45 persen konsumen di Malaysia dan 43 persen di Singapura lebih memilih produk buatan Indonesia saat berbelanja online lintas negara,” jelas Andi.
Faktor utama yang mendorong meningkatnya minat terhadap produk Indonesia di pasar regional adalah kualitas craftsmanship, budaya yang beririsan, serta tren keberlanjutan yang semakin diterapkan oleh pelaku usaha di Tanah Air.
Sebaliknya, konsumen Indonesia cenderung lebih jarang membeli produk dari negara tetangga dibandingkan dengan kebiasaan belanja lintas negara yang dilakukan oleh konsumen Asia Tenggara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa produk lokal memiliki daya saing kuat di dalam negeri, sekaligus membuka peluang ekspansi ke pasar global.
Peluang Besar bagi UMKM Indonesia
Dengan meningkatnya tren belanja lintas negara, peluang ekspor bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia semakin terbuka lebar.
“Pemerintah menargetkan ekspor UMKM tumbuh sebesar 9,63 persen pada 2026, dengan nilai mencapai 19,33 miliar dolar AS. Diproyeksikan, angka ini terus meningkat hingga 35,29 miliar dolar AS pada 2029,” ungkap Andi.
Asia Tenggara menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk lokal, terutama dengan berkembangnya preferensi belanja online. Dengan memahami tren konsumen, pelaku usaha bisa merancang strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran dan meningkatkan daya saing produk mereka di pasar internasional.
Survei ini dilakukan secara online dengan melibatkan 200 responden dari masing-masing negara dan mencakup 12 pertanyaan utama. Hasil riset ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku industri dalam memahami tren belanja online di Asia Tenggara serta memanfaatkan peluang ekspor produk Indonesia ke pasar regional.