Uni Eropa tengah mempersiapkan langkah strategis untuk memperluas kemitraan perdagangan dengan sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, sebagai respons atas penerapan tarif impor baru dari Amerika Serikat. Menurut Komisaris Uni Eropa untuk Keamanan Perdagangan dan Ekonomi, Maros Sefcovic, strategi ini merupakan bagian dari upaya diplomasi dagang selain membuka ruang negosiasi dengan pihak AS. Dalam pertemuan darurat Dewan Perdagangan Luar Negeri Uni Eropa pada 7 April lalu, Sefcovic menegaskan pentingnya diversifikasi mitra dagang demi menjaga stabilitas ekonomi kawasan.
Indonesia bersama India, Thailand, Filipina, dan negara-negara Teluk menjadi target utama ekspansi dagang baru Uni Eropa. Para negosiator perdagangan Eropa diminta memberikan masukan agar perundingan terkait perdagangan bebas dengan negara-negara tersebut bisa dipercepat. Hal ini menjadi semakin mendesak mengingat tarif baru AS berdampak pada sekitar 70 persen nilai ekspor Uni Eropa, mencapai 380 miliar euro. Sefcovic mengakui bahwa relasi dagang dengan AS tengah berada pada titik kritis, namun Uni Eropa tetap berusaha membangun dialog yang terbuka demi kerja sama jangka panjang, khususnya dalam bidang teknologi semikonduktor dan mineral penting.
Selain memperluas kerja sama dagang, Uni Eropa juga menyiapkan langkah balasan jika tidak ada kemajuan signifikan dari pihak AS. Daftar tarif balasan yang telah dikaji bersama lebih dari 660 pemangku kepentingan akan dibahas oleh negara-negara anggota pada 9 April, dan berpotensi diberlakukan mulai pertengahan April dan Mei. Di sisi lain, kunjungan Sefcovic ke China juga membahas keseimbangan kerja sama dagang dan isu-isu seperti subsidi industri serta investasi di sektor kendaraan listrik. Uni Eropa menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga sistem perdagangan global yang adil dan terbuka.