Jakarta – Nasib apes dialami seorang pria asal Leamington Spa, Warwickshire, yang baru saja membeli Range Rover seharga 183.000 poundsterling (setara Rp 3 miliar). Mobil mewah itu hilang tak lama setelah dua hari dibeli, digondol komplotan maling yang tak terduga.
John, pemilik mobil tersebut, membeli Range Rover SV Edition One pada 13 Desember di sebuah dealer di Coventry. Kendaraan edisi terbatas ini, yang hanya tersedia dalam 550 unit di Inggris, hadir dengan berbagai fitur canggih, termasuk kursi pijat, sistem audio taktil ‘4D’ yang membuat kursi berdenyut mengikuti irama musik, dan velg grafit seharga £10.000. Setelah membawa pulang mobil impiannya, John memarkirkan mobil itu di rumahnya dengan harapan bisa menikmati kemewahan yang ditawarkan.
Namun, hanya dalam waktu 60 jam, mobil tersebut raib. John merasa aman dengan mobil barunya berkat fitur Ghost Immobiliser, yang menurut pihak dealer akan mencegah pencurian dengan memastikan mobil tidak dapat dihidupkan tanpa kode unik. Namun kenyataan yang terjadi jauh dari harapan. Pencurian itu terjadi pada dini hari, sekitar pukul 1 pagi, saat rekaman CCTV menunjukkan ada tiga orang yang turun dari sebuah kendaraan di dekat lokasi mobil tersebut diparkir.
Meskipun fitur keamanan yang disebutkan telah diaktifkan, para pencuri berhasil masuk ke dalam mobil dan hanya dalam waktu 15 menit, mereka berhasil menggasak mobil mewah itu. John terbangun pada pukul 3 pagi setelah menerima telepon dari perusahaan pelacak yang memberitahukan bahwa mobilnya telah hilang. Namun, saat ia mencoba untuk melacaknya kembali, fitur pelacakan sudah dimatikan oleh pencuri tersebut.
Tak terima dengan kejadian ini, John langsung melaporkan kejadian tersebut kepada polisi dan menghubungi CEO Jaguar Land Rover, Adrian Mardell, dengan sebuah surat keluhan. Dalam surat tersebut, John mengungkapkan kekecewaannya terhadap klaim fitur keamanan yang gagal melindungi mobilnya. Ia merasa bahwa klaim yang dijanjikan tentang sistem kontrol modul tubuh yang bisa mencegah pencurian tanpa kunci tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Jaguar Land Rover (JLR) merespons kejadian ini dengan menyatakan bahwa mereka selalu berusaha memberikan fitur keamanan terbaik pada mobil mereka. Meski demikian, mereka mengakui bahwa pencurian kendaraan merupakan risiko yang tak terhindarkan bagi pemilik mobil. JLR juga menyatakan bahwa mereka tidak akan meninjau kembali klaim tanggung jawab dan menyarankan agar John mengajukan penyelesaian melalui layanan penyelesaian sengketa alternatif.
Kasus ini menyoroti pentingnya langkah-langkah keamanan yang lebih efektif, serta tantangan yang dihadapi para pemilik mobil mewah dalam melindungi kendaraan mereka dari aksi kejahatan.