Proyek infrastruktur besar yang dibiayai oleh China di Pakistan dan Tajikistan kini terancam oleh meningkatnya kekerasan yang terjadi di kedua negara tersebut. Sejumlah serangan terhadap pekerja dan fasilitas terkait proyek infrastruktur yang didanai oleh China, termasuk dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI), telah menyebabkan kekhawatiran besar terhadap keselamatan dan kelangsungan proyek-proyek tersebut.
Di Pakistan, beberapa proyek besar seperti Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) yang melibatkan pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan pembangkit listrik menghadapi ancaman serius dari kelompok militan yang menentang keterlibatan asing. Sejak akhir 2023, serangan-serangan terhadap pekerja China di wilayah barat daya Pakistan, termasuk di Balochistan, telah meningkat tajam. Kelompok militan seperti Tentara Pembebasan Baloch menuntut penghentian proyek yang mereka anggap mengancam kedaulatan daerah mereka.
Sementara itu, di Tajikistan, ketegangan dengan kelompok ekstremis, serta aktivitas teroris yang semakin meningkat, turut mengancam proyek infrastruktur yang dijalankan oleh China. Para pekerja China di Tajikistan yang terlibat dalam proyek pembangkit listrik dan pembangunan jalan juga menjadi sasaran serangan, dengan beberapa korban dilaporkan terluka atau tewas dalam beberapa insiden.
Kekerasan yang meluas ini membuat China semakin berhati-hati dalam menjalankan proyek-proyek di kedua negara tersebut. Beijing, yang telah menempatkan ratusan pekerja dan diplomat di kawasan ini, berencana untuk meningkatkan pengamanan dan bekerja sama dengan pemerintah setempat guna memastikan keberlanjutan proyek.
Dengan ketidakpastian yang semakin meningkat, proyek-proyek China yang memiliki nilai miliaran dolar ini menghadapi tantangan besar. Para analis memperkirakan bahwa meskipun keamanan dapat ditingkatkan, gelombang kekerasan yang terus berlanjut dapat memperlambat atau bahkan menghentikan beberapa proyek infrastruktur yang menjadi andalan hubungan ekonomi antara China, Pakistan, dan Tajikistan.