Pada Desember 2024, laporan terbaru menunjukkan bahwa sektor ritel China mengalami penurunan yang signifikan. Di tengah pemulihan pasca-pandemi, pertumbuhan ritel yang melambat menjadi tanda bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini membutuhkan stimulus lebih lanjut. Pemerintah China kini harus mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mendorong belanja konsumen agar bisa kembali menggerakkan perekonomian.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, sektor ritel hanya tumbuh sekitar 3,5% pada kuartal ketiga 2024, jauh di bawah proyeksi awal yang diperkirakan sekitar 6%. Penurunan ini mengindikasikan bahwa konsumsi domestik masih lemah, meskipun sektor lain seperti ekspor dan manufaktur menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan ini antara lain ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang tinggi, serta pengaruh dari kebijakan pengendalian COVID-19 yang masih terasa. Masyarakat China menjadi lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka, memilih untuk menabung daripada berbelanja, terutama pada barang-barang konsumsi non-esensial.
Ekonom di China mengingatkan pemerintah untuk memberikan stimulus yang lebih agresif guna merangsang konsumsi domestik. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk penurunan pajak barang konsumsi, pemberian insentif langsung untuk keluarga berpendapatan rendah, dan mendorong sektor digital serta belanja online.
Pemerintah China menargetkan untuk memperkenalkan berbagai kebijakan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan guna meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, upaya ini diperkirakan memerlukan waktu sebelum dampaknya terasa secara signifikan pada sektor ritel.
Penurunan dalam sektor ritel China menandakan bahwa meskipun ekonomi global mulai pulih, masalah internal seperti ketidakpastian dan daya beli yang lemah masih menjadi tantangan. Diperlukan kebijakan stimulus yang lebih kuat untuk memacu masyarakat kembali berbelanja dan membantu sektor ritel bangkit dari penurunan yang berlangsung sepanjang 2024.