Pada 22 Desember 2024, Paus Fransiskus menyatakan bahwa tindakan militer Israel di Gaza merupakan bentuk “genosida” terhadap Palestina, sebuah pernyataan yang langsung memicu reaksi keras dari pemerintah Israel. Dalam wawancara internasional, Paus mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak kemanusiaan yang timbul dari konflik ini, dengan menyebut serangan Israel sebagai upaya yang terstruktur untuk menghancurkan dan membunuh warga sipil Palestina, yang menurutnya adalah “genosida”. Pernyataan tersebut kemudian mendapat kecaman dari pejabat-pejabat Israel yang menganggap ungkapan Paus sebagai salah tafsir dan upaya untuk mempolitisasi situasi yang kompleks.
Pemerintah Israel menanggapi kritik tersebut dengan keras, menyatakan bahwa istilah “genosida” tidak hanya salah, tetapi juga berbahaya bagi upaya perdamaian. Dalam pernyataan resmi, Israel menegaskan hak mereka untuk membela diri terhadap serangan kelompok militan Hamas yang telah lama mengancam keamanan negara. Menurut mereka, serangan di Gaza adalah respons terhadap ancaman terorisme dan tidak dimaksudkan untuk menyasar atau merusak warga sipil Palestina.
Istilah “genosida” dalam konteks kekerasan di Gaza bukan hal yang baru, namun pernyataan Paus Fransiskus menambah kontroversi internasional mengenai penggunaan dan makna kata tersebut dalam konflik Israel-Palestina. Beberapa kelompok hak asasi manusia dan organisasi internasional telah mengkritik tindakan Israel di Gaza, dengan beberapa di antaranya menggunakan istilah “genosida” untuk menggambarkan jumlah korban sipil Palestina yang tinggi. Meski demikian, penggunaan istilah ini tetap menjadi bahan perdebatan di berbagai kalangan, baik internasional maupun domestik.
Paus Fransiskus dikenal sebagai pengkritik keras kekerasan dalam konflik Israel-Palestina. Ia sering menekankan pentingnya perdamaian dan dialog antara kedua belah pihak, serta menunjukkan penderitaan warga sipil di Gaza dan wilayah pendudukan lainnya. Namun, kritik Paus terhadap kebijakan Israel tidak selalu diterima baik oleh pemerintah Israel. Pada beberapa kesempatan, Paus juga mengingatkan dunia akan pentingnya melindungi hak asasi manusia dan mendorong solusi damai bagi konflik yang telah berlangsung lama ini.
Pernyataan Paus ini menarik perhatian global, memicu reaksi dari berbagai pihak yang mendukung maupun menentang pandangannya. Beberapa kelompok kemanusiaan dan negara-negara Arab mendukung kritik tersebut, namun banyak yang menganggapnya sebagai tekanan terhadap Israel. Hubungan antara Israel dan Vatikan, meskipun sudah membaik dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan akan kembali tegang setelah kontroversi ini. Pengamat internasional khawatir bahwa pernyataan Paus dapat memperburuk situasi dan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Di tengah perdebatan ini, banyak pihak mengingatkan pentingnya mencari solusi damai untuk mengakhiri kekerasan yang terus berlanjut di Gaza. Meskipun pandangan Paus mengenai “genosida” bisa dianggap kontroversial oleh sebagian pihak, pencarian jalan tengah untuk mengurangi penderitaan warga sipil Palestina dan Israel tetap krusial. Dialog dan komitmen dari semua pihak yang terlibat sangat diperlukan untuk mencapai perdamaian yang abadi, meskipun tantangan besar tetap harus dihadapi.
Pernyataan Paus Fransiskus menekankan pentingnya perhatian internasional terhadap situasi kemanusiaan di Gaza, meskipun istilah “genosida” masih menjadi bahan perdebatan. Dalam kondisi yang tegang ini, mendorong upaya diplomatik dan negosiasi untuk mencapai solusi damai yang adil bagi kedua belah pihak sangat penting. Sementara Israel menanggapi kritik tersebut dengan keras, dunia internasional diharapkan dapat terus berperan dalam mencari jalan keluar dari penderitaan yang dialami warga sipil di Gaza.