Korban meninggal dunia akibat gempa bumi dahsyat yang mengguncang Myanmar pada akhir Maret lalu terus meningkat secara signifikan. Berdasarkan laporan dari China Central Television (CCTV) yang mengutip otoritas Myanmar, hingga Senin (7/4), jumlah korban jiwa telah mencapai 3.600 orang. Selain itu, sebanyak 5.017 orang mengalami luka-luka dan sekitar 160 lainnya masih dinyatakan hilang akibat bencana tersebut.
Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo itu terjadi pada Jumat (28/3), dengan pusat gempa yang cukup dangkal, sehingga dampaknya terasa sangat kuat. Guncangan dari gempa ini bahkan dirasakan hingga ke beberapa negara tetangga seperti Bangladesh, India, Laos, Tiongkok, dan Thailand. Akibat kekuatan gempa tersebut, sejumlah infrastruktur penting mengalami kerusakan parah, termasuk jaringan pipa minyak bawah tanah dan sistem kelistrikan di beberapa wilayah Myanmar. Rumah warga, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah juga tak luput dari dampaknya, menyebabkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal dan membutuhkan evakuasi segera.
Pemerintah setempat melaporkan bahwa untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar akibat rusaknya infrastruktur energi, mereka telah mengerahkan kapal tanker minyak yang kini telah tiba di lokasi. Pengiriman logistik dan bahan makanan juga mulai dilakukan, meski terhambat oleh kondisi jalan dan akses yang rusak. Di sisi lain, sejumlah negara sahabat, termasuk Rusia dan Belarus, turut memberikan dukungan dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan dan tim penyelamat ke daerah terdampak. Bantuan tersebut sangat krusial mengingat kondisi darurat yang masih berlangsung dan meningkatnya kebutuhan medis serta logistik di lapangan.
Bencana ini menjadi salah satu gempa paling mematikan yang dialami Myanmar dalam beberapa dekade terakhir, meninggalkan duka mendalam dan kebutuhan besar akan bantuan internasional. Upaya evakuasi dan penyelamatan terus dilakukan, sementara dunia internasional diminta untuk turut serta memberikan dukungan bagi Myanmar yang tengah berjuang keluar dari krisis ini.