Setelah konflik selama 15 bulan, Israel akhirnya memutuskan untuk menarik pasukannya dari koridor Netzarim. Langkah ini dinilai sebagai keberhasilan strategis bagi Hamas, mengingat Israel tidak berhasil mencapai tujuan utamanya, yaitu membagi Jalur Gaza menjadi dua wilayah terpisah. Rencana Israel untuk memperkuat kontrol keamanan di daerah tersebut pun berakhir tanpa hasil yang diharapkan.
Koridor Netzarim sendiri merupakan jalur penting sepanjang kurang dari 7 kilometer yang dirancang untuk memisahkan Kota Gaza dari wilayah lainnya. Jalur ini terbentang dari perbatasan Israel di Nahal Oz hingga ke Laut Mediterania. Di sepanjang koridor tersebut, Israel berencana membangun Jalan Raya 749 dengan zona penyangga selebar satu kilometer sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kontrol keamanan serta membatasi mobilitas penduduk Gaza.
Proyek ini melibatkan penghancuran sejumlah fasilitas penting, termasuk Rumah Sakit Turki, kampus Universitas Al-Azhar, serta area pemukiman seperti desa Juhor al-Dik. Bahkan taman hiburan Nour dan Sharm juga menjadi sasaran penghancuran. Koridor ini juga melewati bekas lahan Pemukiman Netzarim, yang sebelumnya dihuni oleh komunitas Yahudi hingga dievakuasi pada 2005 dalam kebijakan penarikan Israel dari Gaza.
Selain bertujuan untuk keamanan, koridor ini dirancang sebagai jalur logistik militer Israel selama konflik berlangsung. Melalui jalur ini, Israel dapat dengan mudah melancarkan serangan strategis, khususnya di Gaza Utara yang menjadi basis penting Hamas. Namun, meskipun memiliki nilai militer strategis, penarikan pasukan Israel dari koridor ini menjadi indikasi bahwa rencana tersebut tidak berjalan sesuai harapan.
Salah satu tujuan utama pembangunan koridor ini adalah untuk membatasi pergerakan warga Gaza. Israel berupaya mencegah sekitar satu juta warga Gaza Utara kembali ke rumah mereka hingga operasi militer selesai dan para sandera berhasil dibebaskan. Namun, keberhasilan strategi ini tetap dipertanyakan setelah pasukan Israel mundur dari wilayah tersebut.
Keputusan Israel untuk menarik diri dari koridor Netzarim membawa perubahan besar dalam dinamika konflik di Jalur Gaza. Walaupun Israel terus berupaya mempertahankan kendali keamanan atas wilayah tersebut, kegagalan mempertahankan koridor strategis ini menjadi bukti sulitnya mempertahankan dominasi di tengah perlawanan yang terus berlangsung.