Pada beberapa hari terakhir, sebuah pertemuan langsung antara kelompok Hamas dan negosiator penyanderaan Amerika Serikat (AS), Adam Boehler, telah berlangsung di Doha, Qatar. Pembicaraan ini fokus pada upaya pembebasan seorang sandera yang memiliki kewarganegaraan ganda AS-Israel, yang hingga kini masih ditahan oleh Hamas di Gaza. Pernyataan terkait pertemuan ini disampaikan oleh Taher Al Nono, penasihat politik pemimpin Hamas, yang mengonfirmasi bahwa beberapa sesi diskusi telah dilaksanakan di Doha dengan tujuan utama pembebasan sandera tersebut.
“Pertemuan tersebut memang bertujuan untuk mengupayakan pembebasan seorang sandera berkewarganegaraan ganda. Kami menyambut positif dan fleksibel dalam langkah-langkah yang diambil demi kepentingan rakyat Palestina,” ungkap Al Nono dalam wawancara dengan Reuters pada Minggu (9/3/2025).
Diskusi ini juga mencakup perencanaan kesepakatan bertahap antara kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama antara Israel dan Hamas. “Kami telah menyatakan kepada delegasi AS bahwa kami terbuka dengan kemungkinan pembebasan tahanan sebagai bagian dari pembicaraan ini,” tambah Al Nono.
Sementara itu, Adam Boehler, yang memimpin delegasi AS, menyatakan bahwa diskusi tersebut telah berjalan dengan baik dan konstruktif. Dalam wawancara dengan CNN dan saluran TV Israel N12, Boehler menyebutkan bahwa pemerintah AS saat ini berfokus pada upaya pembebasan 59 sandera yang tersisa, sambil terus berusaha mengakhiri perang di Gaza. “Saya optimis akan ada kemajuan dalam beberapa minggu ke depan, dan beberapa sandera mungkin bisa kembali,” ujar Boehler.
Selain pembebasan sandera, Israel dan Hamas juga telah mempersiapkan tahap selanjutnya dari negosiasi gencatan senjata. Mediator Mesir terlibat dalam pembicaraan untuk melanjutkan gencatan senjata yang telah berlangsung selama 42 hari sejak Januari lalu. Di sisi lain, Israel mengirimkan negosiator ke Doha pada Senin untuk membahas kesepakatan yang lebih lanjut. Pembebasan Edan Alexander, seorang tentara Israel berusia 21 tahun yang diyakini masih hidup dan ditahan Hamas sejak Oktober 2023, menjadi prioritas utama dalam negosiasi ini.
Boehler berharap pembebasan Alexander dan jenazah empat sandera AS-Israel lainnya yang telah meninggal, dapat membuka jalan untuk pembebasan lebih banyak sandera di masa depan. Langkah ini juga menandai perubahan kebijakan AS yang selama ini menolak bernegosiasi dengan kelompok yang mereka anggap sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas.
Namun, meski ada perkembangan positif, ketegangan antara kedua pihak masih tinggi. Serangan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 48.000 korban jiwa di Gaza. Israel juga mencatat lebih dari 1.200 warganya tewas dan 251 orang disandera.
Sejak gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Namun, ketegangan antara kedua belah pihak masih terus berlanjut, dengan Israel baru-baru ini menginstruksikan penghentian penjualan listrik ke Gaza sebagai bentuk tekanan terhadap Hamas untuk membebaskan sandera. Penghentian pasokan listrik ini diperkirakan akan berdampak pada fasilitas penting di Gaza, termasuk pengolahan air limbah.
Sementara itu, laporan dari Gaza menyebutkan bahwa seorang warga Palestina tewas akibat tembakan dari pasukan Israel di Shejaia, Kota Gaza. Ketegangan yang masih berlangsung memperlihatkan betapa sulitnya mencapai perdamaian yang langgeng dalam konflik yang sudah berlangsung lama ini.