Denmark telah mengakui bahwa mereka telah mengabaikan wilayah otonomi mereka di Arktik, Greenland, yang kini menjadi perhatian khusus Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam pengakuan tersebut, Menteri Pertahanan Denmark, Troels Lund Poulsen, menyatakan bahwa negara mereka selama ini gagal dalam memberikan perhatian serius terhadap pertahanan Greenland, yang akhirnya memunculkan ancaman dari pihak luar, khususnya Amerika Serikat.
Poulsen menjelaskan bahwa negara mereka sudah lama mengabaikan investasi yang diperlukan untuk menjaga kekuatan pertahanan di wilayah tersebut. “Kami telah lalai dalam menempatkan kapal dan pesawat yang dibutuhkan untuk memantau kawasan kami,” kata Poulsen saat berbicara dengan wartawan pada Kamis (9/1). Ia menambahkan bahwa pemerintah Denmark kini tengah berusaha untuk mengatasi kelalaian tersebut dan memperbaiki situasi yang ada.
Pernyataan Poulsen datang setelah Presiden terpilih Trump mengungkapkan ketertarikannya untuk membeli Greenland dengan mempertimbangkan penggunaan kekuatan militer. Sejak Desember 2024, Trump menyuarakan rencana untuk membeli pulau terbesar di dunia tersebut, yang menurutnya sangat penting untuk keamanan nasional Amerika Serikat.
Keinginan Trump untuk menguasai Greenland sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelumnya, selama masa pemerintahannya antara 2017 hingga 2021, Trump juga pernah mengemukakan wacana serupa. Namun, Greenland dan Denmark menanggapi dengan penolakan keras terhadap usulan tersebut.
Meski demikian, Kedutaan Amerika Serikat di Kopenhagen membantah bahwa ada rencana untuk memperluas kehadiran militer AS di Greenland. “Tidak ada rencana untuk meningkatkan kehadiran militer AS saat ini di Greenland,” kata juru bicara kedutaan kepada Reuters. Mereka menegaskan bahwa hubungan dengan Denmark dan Greenland akan tetap dijalin untuk memastikan keamanan bersama.
Wacana Trump ini menuai protes dan kekhawatiran dari pemerintah Greenland dan Denmark. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, bahkan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin partai di parlemen untuk membahas potensi dampak dari rencana Trump ini. Pertemuan tersebut juga melibatkan dua perwakilan dari Greenland. “Kami telah mengajukan permintaan untuk melakukan pembicaraan dengan Trump mengenai masalah ini,” ujar Frederiksen setelah pertemuan tersebut.
Greenland sendiri merupakan wilayah otonomi Denmark sejak 2009, setelah sebelumnya menjadi koloni Denmark hingga 1953. Pulau ini sangat strategis, baik secara geopolitik maupun ekonomis, karena merupakan rute terpendek antara Eropa dan Amerika Utara, serta menyimpan kekayaan sumber daya alam yang berharga. Tidak hanya itu, Greenland juga menjadi lokasi yang dianggap sangat penting bagi pertahanan Amerika Serikat, terutama dalam menghadapi ancaman dari Rusia.
Kini, Greenland tidak hanya menjadi pusat perhatian bagi Amerika Serikat, tetapi juga mulai dilirik oleh negara-negara lain seperti China yang tertarik dengan potensi mineral langka yang ada di kawasan tersebut. Dalam konteks ini, Denmark menghadapi tantangan besar dalam menjaga kedaulatan dan keamanan wilayahnya, yang kini menjadi sorotan dunia.