Pemerintah China berupaya meningkatkan angka kelahiran sekaligus memperbaiki layanan bagi warga lanjut usia guna menghadapi tantangan demografi di masa depan. Dalam pembukaan Sidang Kongres Rakyat Nasional China (NPC) di Beijing pada 5 Maret 2025, Perdana Menteri Li Qiang menegaskan bahwa kebijakan baru akan diterapkan, termasuk pemberian subsidi penitipan anak dan pengembangan layanan penitipan terpadu. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan populasi yang berlanjut selama tiga tahun berturut-turut, meskipun pada 2024 terjadi sedikit peningkatan angka kelahiran dengan kelahiran 9,54 juta bayi, atau naik 520.000 dibanding tahun sebelumnya.
Kendati demikian, jumlah penduduk China tetap mengalami penurunan lebih dari 1,39 juta jiwa, menyisakan 1,408 miliar orang pada 2024. Tren ini berisiko bagi perekonomian negara dalam jangka panjang dan disebabkan oleh kebijakan satu anak yang berlaku selama puluhan tahun, tingginya biaya pengasuhan anak, serta perubahan sosial. Sementara itu, pemerintah juga menaruh perhatian pada kesejahteraan lansia. Hingga akhir 2024, jumlah peserta asuransi hari tua dasar mencapai 1,07 miliar orang, termasuk 530 juta pekerja perkotaan. Pemerintah akan menaikkan besaran pensiun sebesar 3 persen serta meningkatkan manfaat asuransi hari tua minimum bagi penduduk nonpekerja.
Sebagai upaya menghadapi penuaan populasi, China berencana mengembangkan program layanan lansia serta mendorong “silver economy” yang mencakup perawatan berbasis komunitas dan penyediaan alat rehabilitasi. Tunjangan dasar untuk lansia nonpekerja juga akan dinaikkan sebesar 20 yuan atau sekitar Rp44.936. Saat ini, jumlah warga lanjut usia di China yang masuk kategori pensiun mencapai 310,31 juta jiwa atau sekitar 22 persen dari total populasi negara.